Secara geografis Indonesia terletak
diantara 6 oLU sampai 11 oLS dan 95 oBT sampai 141 oBT.
Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang pada awal kejadian terbentuknya benua-benua
yang berasal dari Pangea, terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni
lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik. Lempeng-lempeng
tersebut selalu mengalami pergerakan secara mikroskopis. Akibat dari aktivitas
pergerakan lempeng ini, baik konvergen, divegen, maupun transform akan terbentuklah
banyak struktur geologi dan perubahan morfologi yang dapat terbentuk di daratan
maupun di dasar laut. Salah satu akibat dari aktivitas pergerakan lempeng
adalah terbentuknya gunungapi atau gunung berapi.
Di Indonesia terdapat
lebih dari 400 gunung berapi and 130 di antaranya termasuk gunung berapi aktif.
Sebagian dari gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak terlihat dari
permukaan laut. Indonesia merupakan salah satu negara yang dilewati oleh jalur
gunungapi sehingga termasuk negara Ring
of Fire. Ring of fire diartikan juga sebagai zona dimana terdapat banyak
aktifitas seismik yang terdiri dari busur vulkanik dan palung di dasar laut.
Gunungapi ini terbentang mulai dari utara pulau Sumatera hingga ke timur dari kepulauan
Maluku.
Gambar 1
Penyebaran Gunungapi Aktif di
Indonesia
Keberadaan
gunungapi dapat dijadikan sebagai acuan terdapatnya mineral berharga. Ini
disebabkan karena gunungapi sangat berkaitan erat dengan magma dan proses
mineralisasi. Mineral berharga yang dapat terbentuk dari proses vulkanik
diantaranya adalah emas dan tembaga.
Emas dan tembaga
merupakan mineral yang berasosiasi dalam keberadaannya. Mineral pembawa emas biasanya
berasosiasi dengan mineral ikutan yang umumnya berupa kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral emas di alam didapat
sebagai emas murni (native Au), calaverite (Au Fe), sylvanite [(Au Ag)Te],
krennerite [(Au Ag)Te2], perzite [(Au Ag)Te3]. Sedangkan
tembaga ditemukan di alam sebagai kalkopirit, kalkosit,
tembaga sulfida, azurite, karbonat tembaga dan cuprite.
Gambar 2
Kegiatan
Magmatik di Daerah Gunungapi
Emas berasal dari suatu reservoar
yaitu inti bumi dimana air magmatik yang mengandung ion sulfida, ion klorida,
ion natrium, dan ion kalium mengangkut logam emas ke permukaan bumi. Kecenderungan
terdapatnya emas terdapat pada zona epithermal atau disebut zona alterasi
hidrothermal. Zona alterasi hidrotermal merupakan suatu zona dimana air yang
berasal dari magma atau disebut air magmatik bergerak naik kepermukaan bumi.
Celah dari hasil aktivitas gunungapi menyebabkan air magmatik yang bertekanan
tinggi naik ke permukaan bumi. Saat air magmatik yang berwujud uap mencapai
permukaan bumi terjadi kontak dengan air meteorik yang menyebabkan ion sulfida
dan ion klorida yang membawa emas terendapkan.
Air meteorik biasanya menempati
zona-zona retakan-retakan batuan beku yang mengalami proses alterasi akibat
pemanasan oleh air magmatik. Seiring dengan makin bertambahnya endapan dalam
retakan-retakan tersebut, semakin lama retakan-retakan tersebut tertutup oleh
akumulasi endapan dari logam-logam yang mengandung ion-ion kompleks yang
mengandung emas. Zona alterasi yang potensial mengandung emas dapat
diidentifikasi dengan melihat lapisan pirit atau tembaga pada suatu reservoar
yang tersusun atas batuan intrusif misalnya granit atau diorite.
Di Indonesia telah dilakukan beberapa penelitian
mengenai potensi terdapatnya mineral pembawa emas di daerah gunungapi di
Indonesia. Contohnya penelitian daerah Lebong Tandai yang terletak di sayap barat sabuk Pegunungan Barisan yang memanjang
dari selatan hingga ke utara Pulau Sumatera. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
karakter geokimia batuan vulkanik daerah Lebong Tandai terhadap kedua jenis
sumber magma yang sudah diidentifikasi di wilayah Bengkulu, dan dikaitkan
dengan potensi mineralisasi emas yang terdapat di wilayah tersebut. Dari
penelitian yang dilakukan Tim Mineralisasi Emas di Pusat Penelitian (Puslit) Geoteknologi
LIPI Bandung, didapat bahwa batuan vulkanik daerah ini menunjukkan karakter
“magma satu” yang
merupakan magma yang berpotensi untuk membawa mineralisasi
emas. Hal ini didasarkan pada kenyataan, bahwa semua batuan
vulkanik yang terdapat
di kawasan Lebong Tandai ini berasal dari satu sumber magma,
yakni “magma satu” yang berkomposisi adakitik.
Selain itu,
penelitian terhadap gunungapi telah dilakukan juga di daerah gunungapi
Papandayan kabupaten Garut dan kawasan Jawa Barat hingga Banten. Dari data stratigrafi batuan gunung api, yang didukung oleh umur
radiometri, memperlihatkan adanya kegiatan volkanisme berulang-ulang di daerah
Jawa Barat. Hal ini menunjukkan telah terjadi tumpang tindih volkanisme di
daerah itu. Volkanisme tumpang tindih menunjukkan terjadinya proses magmatisme
berkali-kali pada daerah yang sama. Karena setiap gerak magma ke permukaan
memancarkan gas asam dan unsur logam, maka hal itu menyebabkan proses alterasi
hidrotermal dan mineralisasi juga terjadi berulang-ulang. Dari proses
magmatisme dan volkanisme yang sangat lama dan terjadi berulang-ulang pada
daerah yang sama itu dapat memungkinkan memperkaya mineralisasi dan peningkatan
potensi dari sistem epitermal ke mesotermal dan hipotermal, dan bahkan tipe porfiri.
Dilihat dari
bentuknya, gunungapi di wilayah Indonesia umumnya berbentuk strato (bentuk
kerucut) yang artinya dibentuk
oleh endapan piroklastik atau lava atau keduanya. Dari keterangan ini dapat
diasumsikan viskositas atau kekentalan dari lava ataupun magma gunungapi di
Indonesia cenderung sama, dan jenis batuan
gunungapi di Indonesia umumnya tersusun andesit kalk-alkali yang mencerminkan volkanisme
terkait dengan tataan tektonika jalur penunjaman kerak Indo Australia di bawah
kerak benua Eurasia.
Jika sesuai
dengan hal demikian maka potensi cadangan mineral emas maupun tembaga dapat
diterapkan juga mulai dari daerah gunungapi di utara pulau sumatera hingga ke
kepulauan Sunda Kecil (Bali, NTB, NTT) yang juga tersusun andesit kalk-alkali
terkait dengan tatanan tektonika penunjaman kerak Indo Australia di bawah kerak
benua Eurasia dan terkait dengan proses hidrothermal. Namun untuk mendapatkan
data yang lebih mendukung pemikiran
geologi gunungapi ini, sekaligus penerapannya dalam rangka pencarian sumber
daya alam baru, baik di bidang mineral, energi maupun lingkungan masih
diperlukan penelitian geologi lanjutan yang lebih rinci di daerah gunungapi di
Indonesia.
Dengan banyaknya jumlah potensi tambang emas dan tembaga di Indonesia terutama pada daerah pertemuan lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia, sangat penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk mendukung kegiatan ekplorasi dan eksploitasi terhadap mineral yang ada mengingat tidak setiap tempat memiliki potensi bahan galian berharga.
Dengan banyaknya jumlah potensi tambang emas dan tembaga di Indonesia terutama pada daerah pertemuan lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia, sangat penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk mendukung kegiatan ekplorasi dan eksploitasi terhadap mineral yang ada mengingat tidak setiap tempat memiliki potensi bahan galian berharga.
(Esai lomba EGSA FAIR 2013 UGM)
Daftar Pustaka
Anonim.
2013. Emas. (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Emas
diakses pada 24 Oktober 2013 (20.30 WIB).
Bronto,
Sutikno. 2008. Tinjauan Geologi Gunung Api Jawa Barat – Banten dan Implikasinya dalam Jurnal Geoaplika Volume 3 No.
2, hal. 47–61.
Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral. Pengenalan
Gunungapi. Vulcanological Survey of Indonesia.
Rusly.
2012. Mineral Emas Dan Proses Terbentuknya (online) http://minning-rusli.blogspot.com/2012/11/mineralemas-dan-proses-terbentuknya.html diakses pada 25 Oktober 2013 (20.00 WIB).
Soedarmono,
Djuki. 2007. Genesa Bahan Galian.
Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya: Palembang.
Sompotan,
Amstrong F. Peta Gunungapi & Potensi
Geothermal Kep. Sunda Kecil. Smithsonian. National Museum of Natural
History.
Sri
Indarto, dkk. 2004. Genesa dan Potensi Emas dan Logam Dasar di
Sayap Barat Pegunungan Bukit Barisan. Pusat
Penelitian Geoteknologi LIPI: Bandung.
Zulkarnain,
Iskandar. Petrogenesis Batuan Vulkanik Daerah Tambang Emas Lebong Tandai, Provinsi
Bengkulu, Berdasarkan Karakter Geokimianya
dalam Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 2 Juni 2008: 57-73.
No comments :
Post a Comment