Sunday 5 January 2014

Potensi Cadangan Mineral Emas dan Tembaga di Daerah Gunungapi di Indonesia



            Secara geografis Indonesia terletak diantara 6 oLU sampai 11 oLS dan     95 oBT sampai 141 oBT. Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang pada awal kejadian terbentuknya benua-benua yang berasal dari Pangea, terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik. Lempeng-lempeng tersebut selalu mengalami pergerakan secara mikroskopis. Akibat dari aktivitas pergerakan lempeng ini, baik konvergen, divegen, maupun transform akan terbentuklah banyak struktur geologi dan perubahan morfologi yang dapat terbentuk di daratan maupun di dasar laut. Salah satu akibat dari aktivitas pergerakan lempeng adalah terbentuknya gunungapi atau gunung berapi.
Di Indonesia terdapat lebih dari 400 gunung berapi and 130 di antaranya termasuk gunung berapi aktif. Sebagian dari gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak terlihat dari permukaan laut. Indonesia merupakan salah satu negara yang dilewati oleh jalur gunungapi sehingga termasuk negara Ring of Fire. Ring of fire diartikan juga sebagai zona dimana terdapat banyak aktifitas seismik yang terdiri dari busur vulkanik dan palung di dasar laut. Gunungapi ini terbentang mulai dari utara pulau Sumatera hingga ke timur dari kepulauan Maluku. 
Gambar 1
Penyebaran Gunungapi Aktif di Indonesia
            Keberadaan gunungapi dapat dijadikan sebagai acuan terdapatnya mineral berharga. Ini disebabkan karena gunungapi sangat berkaitan erat dengan magma dan proses mineralisasi. Mineral berharga yang dapat terbentuk dari proses vulkanik diantaranya adalah emas dan tembaga.
Emas dan tembaga merupakan mineral yang berasosiasi dalam keberadaannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan yang umumnya berupa kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral emas di alam didapat sebagai emas murni (native Au), calaverite (Au Fe), sylvanite [(Au Ag)Te], krennerite [(Au Ag)Te2], perzite [(Au Ag)Te3]. Sedangkan tembaga ditemukan di alam sebagai kalkopirit, kalkosit, tembaga sulfida, azurite, karbonat tembaga dan cuprite.
Gambar 2
Kegiatan Magmatik di Daerah Gunungapi
Emas berasal dari suatu reservoar yaitu inti bumi dimana air magmatik yang mengandung ion sulfida, ion klorida, ion natrium, dan ion kalium mengangkut logam emas ke permukaan bumi. Kecenderungan terdapatnya emas terdapat pada zona epithermal atau disebut zona alterasi hidrothermal. Zona alterasi hidrotermal merupakan suatu zona dimana air yang berasal dari magma atau disebut air magmatik bergerak naik kepermukaan bumi. Celah dari hasil aktivitas gunungapi menyebabkan air magmatik yang bertekanan tinggi naik ke permukaan bumi. Saat air magmatik yang berwujud uap mencapai permukaan bumi terjadi kontak dengan air meteorik yang menyebabkan ion sulfida dan ion klorida yang membawa emas terendapkan.
Air meteorik biasanya menempati zona-zona retakan-retakan batuan beku yang mengalami proses alterasi akibat pemanasan oleh air magmatik. Seiring dengan makin bertambahnya endapan dalam retakan-retakan tersebut, semakin lama retakan-retakan tersebut tertutup oleh akumulasi endapan dari logam-logam yang mengandung ion-ion kompleks yang mengandung emas. Zona alterasi yang potensial mengandung emas dapat diidentifikasi dengan melihat lapisan pirit atau tembaga pada suatu reservoar yang tersusun atas batuan intrusif misalnya granit atau diorite.
Di Indonesia telah dilakukan beberapa penelitian mengenai potensi terdapatnya mineral pembawa emas di daerah gunungapi di Indonesia. Contohnya penelitian daerah Lebong Tandai yang terletak di sayap barat sabuk Pegunungan Barisan yang memanjang dari selatan hingga ke utara Pulau Sumatera. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis karakter geokimia batuan vulkanik daerah Lebong Tandai terhadap kedua jenis sumber magma yang sudah diidentifikasi di wilayah Bengkulu, dan dikaitkan dengan potensi mineralisasi emas yang terdapat di wilayah tersebut. Dari penelitian yang dilakukan Tim Mineralisasi Emas di Pusat Penelitian (Puslit) Geoteknologi LIPI Bandung, didapat bahwa batuan vulkanik daerah ini menunjukkan karakter “magma satu” yang merupakan magma yang berpotensi untuk membawa mineralisasi emas. Hal ini didasarkan pada kenyataan, bahwa semua batuan vulkanik yang terdapat di kawasan Lebong Tandai ini berasal dari satu sumber magma, yakni “magma satu” yang berkomposisi adakitik.
            Selain itu, penelitian terhadap gunungapi telah dilakukan juga di daerah gunungapi Papandayan kabupaten Garut dan kawasan Jawa Barat hingga Banten. Dari data stratigrafi batuan gunung api, yang didukung oleh umur radiometri, memperlihatkan adanya kegiatan volkanisme berulang-ulang di daerah Jawa Barat. Hal ini menunjukkan telah terjadi tumpang tindih volkanisme di daerah itu. Volkanisme tumpang tindih menunjukkan terjadinya proses magmatisme berkali-kali pada daerah yang sama. Karena setiap gerak magma ke permukaan memancarkan gas asam dan unsur logam, maka hal itu menyebabkan proses alterasi hidrotermal dan mineralisasi juga terjadi berulang-ulang. Dari proses magmatisme dan volkanisme yang sangat lama dan terjadi berulang-ulang pada daerah yang sama itu dapat memungkinkan memperkaya mineralisasi dan peningkatan potensi dari sistem epitermal ke mesotermal dan hipotermal, dan bahkan tipe porfiri.
            Dilihat dari bentuknya, gunungapi di wilayah Indonesia umumnya berbentuk strato (bentuk kerucut) yang artinya dibentuk oleh endapan piroklastik atau lava atau keduanya. Dari keterangan ini dapat diasumsikan viskositas atau kekentalan dari lava ataupun magma gunungapi di Indonesia cenderung sama, dan jenis batuan gunungapi di Indonesia umumnya tersusun andesit kalk-alkali yang mencerminkan volkanisme terkait dengan tataan tektonika jalur penunjaman kerak Indo Australia di bawah kerak benua Eurasia.
            Jika sesuai dengan hal demikian maka potensi cadangan mineral emas maupun tembaga dapat diterapkan juga mulai dari daerah gunungapi di utara pulau sumatera hingga ke kepulauan Sunda Kecil (Bali, NTB, NTT) yang juga tersusun andesit kalk-alkali terkait dengan tatanan tektonika penunjaman kerak Indo Australia di bawah kerak benua Eurasia dan terkait dengan proses hidrothermal. Namun untuk mendapatkan data yang  lebih mendukung pemikiran geologi gunungapi ini, sekaligus penerapannya dalam rangka pencarian sumber daya alam baru, baik di bidang mineral, energi maupun lingkungan masih diperlukan penelitian geologi lanjutan yang lebih rinci di daerah gunungapi di Indonesia.
Dengan banyaknya jumlah potensi tambang emas dan tembaga di Indonesia terutama pada daerah pertemuan lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia, sangat penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk mendukung kegiatan ekplorasi dan eksploitasi terhadap mineral yang ada mengingat tidak setiap tempat memiliki potensi bahan galian berharga.
(Esai lomba EGSA FAIR 2013 UGM)

Daftar Pustaka
Anonim. 2013. Emas. (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Emas diakses pada 24 Oktober 2013 (20.30 WIB).
Bronto, Sutikno. 2008. Tinjauan Geologi Gunung Api Jawa Barat – Banten dan Implikasinya dalam Jurnal Geoaplika Volume 3 No. 2, hal. 47–61.
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Pengenalan Gunungapi. Vulcanological Survey of Indonesia.
Rusly. 2012. Mineral Emas Dan Proses Terbentuknya (online) http://minning-rusli.blogspot.com/2012/11/mineralemas-dan-proses-terbentuknya.html diakses pada 25 Oktober 2013 (20.00 WIB).
Soedarmono, Djuki. 2007. Genesa Bahan Galian. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya: Palembang.
Sompotan, Amstrong F. Peta Gunungapi & Potensi Geothermal Kep. Sunda Kecil. Smithsonian. National Museum of Natural History.
Sri Indarto, dkk. 2004. Genesa dan Potensi Emas dan Logam Dasar di Sayap Barat Pegunungan Bukit Barisan. Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI: Bandung.
Zulkarnain, Iskandar. Petrogenesis Batuan Vulkanik Daerah Tambang Emas Lebong Tandai, Provinsi Bengkulu, Berdasarkan Karakter Geokimianya dalam Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 2 Juni 2008: 57-73.

No comments :

Post a Comment